Puisi Sadarkah Kalian
Foto oleh Denniz Futalan dari Pexels
|
Puisi Sadarkah Kalian - Adalah sebuah puisi yang berbentuk satire yang mencoba mengoreksi semua kebengisan yang diperlihatkan para tokoh pemangku kekuasaan politik, maupun tokong yang diberikan amanah untuk mengelolah negara beserta membentuk kesejahteraan dalam masyarakat di negeri ini.
Nah, sebagai puisi yang berusaha menyindir berbagai elemen kehidupan masyarakat dan negara yang masih begitu suburnya praktek korupsi dan metode pnyelesaian yang belum menemui titik temu yang efektif, maka puisi ini menjadi suatu teguran dan stimulus bagi para oknum yang memegang peran penting dalam negara ini untuk lebih lagi mengedepankan kepentingan masyarakat ketimbang hal yang bersifat individu maupun kelompok.
Selanjutnya puisi satire ini juga berusaha menyentil peran tokoh-tokoh yang duduk di gedung tinggi dengan kursi berjumlah 500 lebih di ibukota untuk lebih melihat perkara kebutuhan rakyat diatas segala-galanya. Sebab sadar atau tidaknya kita kehilangan peran utama dari orang-orang yang duduk di kurdi itu, baik yang berada di pusat ibu kota maupun di daerah-daerah tingkat satu dan tingkat dua.
Puisi Sadarkah Kalian
Negeri ini kian waktu terpuruk
nasibnya, sebelum dan sesudah
koruptor keji melumatnya
Asa-asa kami telah menipis,
setelah semua juang pengharapan
selalu kalian tepis secara politis
Sekarang kelabihan negeri ini adalah
keteimpangan, hanya berbentuk janji
penuh angan-angan
Kini kemiskinan ialah keistimewaan,
defisit ekonomi ialah kebanggaan,
akibat dari sikap jumawa kalian sekaliaan
Lihatlah kesehariaan adalah tangis,
di bawah lampu merah
kami mengemis
Saat kami memberontak dianggap
ekstremis, padahal katanya
dilarang mengemis
Inilah tampak ego praktik politik
yang politis, dimana muncul kritik
pintar sekali menepis
Belajarlah pandang kami di saat
kritis, ketika kalian teguk keringat
kami dengan bengis
Ingatkah kalian bila kami menyadari,
bahwa hasil keringat kami kering
karena telah di curi
Tahukah kalian bila kami menyadari,
tawa santai seperti kalian yang
selalu kami cari
Sadarkah kalian bila kami menyadari,
harta yang kalian foyakan dari
remuk tulang kami sehari
Pahamkah kalian bila kami menyadari,
sesuap nasi dan hak kami telah
kalian raup sendiri
Kami paham dunia memang keras
tapi kalianlah yang kejam, semua
milik kami hilang dalam sejam
Ketika berdebat omong kosong di
meja fana, penuh kepentingan pribadi
di kursi hangat paripurna
Padahal diatas meja dan dibawah
kursi itu, kami berharap ada keadilan
Tuhan yang jatuh di situ
Saat ini kami mungkin hampa di
mata kalian sekalian, tapi tahukah
kalian ialah sampah di masa depan.
Bumi 17 Agustus 2017
Demikianlah sebuah upaya kritik yang dilakukan dalam bentuk pragraf puisi satire yang berjudul Puisi Sadarkah Kalian.
0 Response to "Puisi Sadarkah Kalian"
Post a Comment