Apakah Indonesia Membutuhkan Sosok Rausyan Fikr ?
Sehingga sebagian akan lebih memilih menghindar dan apatis karena dianggap menyita waktunya. sedangkan sebagian yang lain akan memilih diam tanpa menimbang makna dibalik pentingnya memikirkan persoalan yang akan di hadapinya. Walaupun seseorang tergolong kelompok terpelajar sekalipun.
Padahal berpikir sendiri adalah bagian dari proses kehidupan karena manusia dibekali dengan akal, namun tidak banyak orang mau berpikir secara radikal, kritis dan tersistematis. Biasanya aktivitas berpikir seperti inj di maksudkan untuk menyelesaikan problem terkait sosial masyarakat maupun negara. dan di lakukakn oleh seorang Ilmuwan seperti Ahli, Pengamat dan Pakar.
Dalam hal ini, ilmuwan ialah orang-orang yang mempunyai spesifikasi apa yang di pikirkan, seperti Sainstis, Ilmuwan, Ahli Mesin, Ahli Informasi dan Ahli Teknologi, namun untuk mengungkapkan problem-problem dalam menguraikan untuk di terima orang lain tidaklah cukup untuk melakukan perubahan yang mendasar. Karena analisis terkadang hanya sebatas metode mengoreksi yang berada dalam perdebatan-perdebatan apalagi hanya pada titik mengklaim kebenaran. Maka dari itu semua kita membutuhkan seorang pemikir yang di sebut Rausyan Fikr, seperti yang disebut oleh Ali Syariati.
Kata Rausyan Fikr berasal dari bahasa Persia yang dapat di artikan Pemikir yang Tercerahkan, atau seseorang atau sekelompok pemikir mengawali proses berpikir berangkat dari visi dan ideologi.
Cara pandang seperti di atas tentu saja bukan tampilan seorang Ilmuwan yang lebih mengedepankan menemukan kebenaran, sedangkan seorang atau sekelompok Rausyan Fikr berpikir untuk menemukan kebenaran.
Dengan kata lain, seorang ilmuwan menjelaskan fakta yang ditemukan dikenal Teori atau Konsep, sedangkan Rausyan Fikr memikirkan untuk menemukan lebih daripada sebuah fakta
Bilamana seorang ilmuwan atau pakar menemukan dan mengemukakan di negara kita Indonesia memiliki tumpukan masalah dalam mengatur negara misalnya terjadi defisit anggaran di bidang ekonomi, kurangnya penegakan hukum dan pragmatisme dalam berpolitik. Maka seorang Rausyan Fikr akan memberikan penilaian dan sekaligus mengakomodir persoalan dengan memahamkan masyarakat sehingga bersikap seperti sebagaimana seharusnya di lakukan.
Nah, Kata Rausyan Fikr pertama kali di kemukakan oleh seorang Tokoh Pemikir berasal Iran yang bernama Ali Syariati. Dimana dalam pandangan Syariati, seorang Rausyan Fikr memiliki tiga ciri utama yakni :
Pertama, Sadar akan kondisi masyarakat (Human Condition).
Kedua, Sadar tentang sejarah masyarakat (Setting History)
Ketiga, Sadar akan Tanggungjawab Sosial.
Dengan begitu tujuan utamanya ialah membangkitkan kesadaran diri dari dalam lapisan masyarakat. Karena hanya kesadaran dirilah yang bisa merubah masyarakat statis dan bodoh menjadi mengerti akan sebuah problem yang menghadangnya, sehingga terciptalah masyarakat yang dinamis dan kreatif
Maka dalam hal ini, tanggungjawab seorang Rausyan Fikr terhadap masyarakat adalah menentukan sebab musabab sesungguhnya dari problematika dari keterbelakangan masyarakat dan menemukan penyebab dari kemerdekaan dan kebobrokan dalam lingkungan masyarakat. Artinya, seorang Rausyan Fikr mendiaknosis penyakit masyarakat kemudian menemukan resep obat yang ditemukan sendiri dari dalam tubuh masyarakat atau negara. Seorang Rausyan Fikr melakukan transformasi perubahan sosial dari masyarakat yang tertidur pulas secara massal.
Dan Rausyan Fikr, biasanya juga hadir di saat adanya Jarak antara kelompok atau kaum terpelajar, kau intelektual, ulama dan rakyat jelata. Dan jarak antara Teori dan Praktik rakyat dengan budayanya karena pengaruh hegemoni dari luar yang besar.
Nah, seandainya kita menyadari bahwa realita dalam masyarakat di negara kita tercinta akhir-akhir ini. maka bukankah kita membutuhkan sosok seorang Rausyan Fikr ?
Sebab melihat dari ideologi dasar dan cara kerja seorang Rausyan Fikr yang tertuang di atas, tentunya sejalan dengan keinginan dan kebutuhan- kebutuhan negara Indonesia dalam memecah problematika di negara ini. Karena berbicara tentang ahli, pakar dan ilmuwan maka Indonesia tidak kurang tentang kemampuan itu namun yang kurang ialah keinginan dan rasa terpanggil untuk mengubah problem negara menjadi keuntungan negara.
Jika anda bisa melihat, beberapa tahun belakangan banyak orang-orang bergelar, di akui kecerdasannya dari berbagai lembaga pendidikan namun kebanyakannya terjebak dalam praktik korupsi, kolusi dan kesewenang-wenangan. Walaupun tidak semuanya demikian namun realita mengungkapkan bahwa kebanyakan kecerdasan dan gelar tidak disertai dengan rasa tanggungjawab terhadap masyarakat. Hingga pada akhirnya kecerdasan yang dimiliki dimanfaatkan untuk memecah belah masyarakat dan menempatkan masyarakat pada kekacauan dan kubangan kebodohan.
Pada intinya saya ingin mengatakan bahwa Negara Indonesia membutuhkan sosok Rausyan Fikr dalam merubah problematika..
0 Response to "Apakah Indonesia Membutuhkan Sosok Rausyan Fikr ? "
Post a Comment