Sejarah Filsafat Teologi
Sebelum berangkat lebih jauh ke dalam tentang bagaimana filsafat Teologi berkembang maka alangkah lebih baiknya kita melihat hubungan filsafat dan teologi beserta perbedaan yang terungkap diantara kedua kata yang di padu padankan menjadi pengetahuan ini.
Hubungan antara Filsafat dan Teologi
Hubungan antara keduanya merupakan rangkaian filsafat dan teologi ilmiah, yang saling melengkapi. Relasi yang dimaksud adalah keduanya digunakan untuk saling membangun dalam tanggung jawabnya masing-masing sebagai cara mengenal Tuhan dan sebagai kerangka untuk membangun pandangan dunia Kristen evangelis, kajian teologi dalam bidang Islam telah banyak dikenal. nama-nama seperti Teologi Teologi dan ilmu tauhid.
Perbedaan antara Filsafat dan Teologi
1. Filsafat mengambil Tuhan sebagai titik akhir atau kesimpulan dari semua penelitian, sedangkan teologi mengambil Tuhan sebagai titik awal pembahasan.
2. Filsafat memahami Tuhan sebagai penyebab pertama di alam semesta sedangkan teologi mencoba menjelaskan Tuhan dan semua misterinya dalam hal wahyu.
Bahan teologis itu sendiri dikutip dari
Sumber utama teologi adalah kitab-kitab klasik, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Artinya, dalam menggunakan sumber-sumber tersebut, teologi menggunakan sarana dan metode studi biblika. Teologi juga menggunakan wawasan dari berbagai cabang ilmu lainnya, yang dianggap dalam teologi sebagai wahyu umum Tuhan.
Maka dari perspektif teologi atau teologi agama, agama dipandang sebagai sesuatu yang dimulai dari atas (dari Tuhan sendiri melalui wahyu-Nya). Manusia beragama karena Tuhan menanamkan kesadaran ini.
Pengertian Filsafat Teologi
Secara etimologi kata Teologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Theos yang berarti Tuhan dan Logos berarti pengetahuan.
Maka dari itu dapat kita definisikan Filsafat Teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan keyakinan agama atau pengetahuan tentang Tuhan. Teologi mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan.
Menurut Nisi Niti Nurwenda (2015). Filsafat Teologi adalah pengetahuan yang teratur, sistematis dan koheren tentang semua realitas berdasarkan iman. Secara sederhana, iman dapat diartikan sebagai sikap manusia di hadapan Tuhan yang mutlak dan suci, yang dianggap sebagai sumber segala kehidupan di alam semesta.
Artinya Filsafat Teologi merupakan disiplin ilmu yang mencoba merenungkan hubungan antara Tuhan dan manusia. Manusia berteologi karena ingin memahami keyakinannya secara lebih baik dan ingin mempertanggungjawabkannya: “Saya tahu siapa yang saya percayai”.
Namun dalam praktiknya Filsafat Teologi bukanlah agama dan berbeda dari ajaran agama secara tidak langsung. Dimana dalam teologi, ada unsur penyelidikan intelektual terhadap kandungan keyakinan yang menjanjikan kontribusi substansial bagi integrasi akal dan iman, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dan imtaq (iman dan takwa), yang pada gilirannya merupakan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia saat ini.
Teologi Abad Yunani Kuno
Konsep ketuhanan di zaman Yunani pertama kali dikemukakan oleh Thales (625-545 SM), namun ia tidak dapat menggambarkan konsep ketuhanan secara utuh dalam pemikirannya. Baru pada masa Plato (427-347 SM) dia memperkenalkan konsep filosofis teisme atau konsep ketuhanan dalam pikirannya, meskipun konsep tersebut dianggap kontroversial pada saat itu dan dianggap anti-imperial pada saat itu.
Konsep ketuhanan dalam filsafat teologi diperkenalkan oleh beberapa filsuf Yunani, dan konsep ketuhanan dalam peradaban Yunani adalah rasionalisme, di mana konsep ketuhanan disandingkan dengan metafisika dan alam. Materi di sekitar kita memengaruhi keberadaan alam semesta, menciptakan segala sesuatu yang dapat kita rasakan dan rasakan melalui indera kita.
Materi itu adalah sumbu alam semesta, dan materi itu ada dengan sendirinya, dan itu adalah asal dari segala sesuatu. Ini adalah konsep fundamental dalam studi teologi yang dikembangkan oleh para filsuf Yunani. Namun konsep ketuhanan di Yunani kuno pada masa itu masih sangat abstrak dan bercampur dengan metafisika.
Teologi Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan filsafat Teologi terbagi menjadi dua era yang menunjukkan perbedaan wilayah.
1. Era Skolastik
Nah belakangan, pemikiran teologis muncul pada Abad Pertengahan, terutama di Asia Kecil dan Asia Timur. Banyak filsuf mengembangkan pemikirannya, sehingga saat ini disebut skolastik. Pada masa ini teologi dan filsafat berkembang pesat, karena banyak agama terutama dalam agama islam dan banyak pula kepercayaan yang muncul pada masa ini.
Konsep ketuhanan pada masa ini dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu intelektual, panca indera dan intuisi. Dimana ketiga aspek ini membantu untuk memahami bentuk dan wujud dari konsep ketuhanan itu sendiri.
Artinya ada masa ini konsep ketuhanan mulai dipertajam dari hari ke hari, dengan ketuhanan sebagai fokusnya.
2. Era Dominasi Gereja-gereja
Setelah masa skolastik didominasi oleh gereja dan hukum agama. Maka filsafat yang masuk pada sebagian perjalanan abad Pertengahan disebut juga teologi atau filsafat teologi, karena para pemikir filsafat abad pertengahan berasal dari para pendeta yang mempelajari berbagai teks Yunani kuno dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Latin. Misalnya, integrasi agama Kristen ke dalam budaya Yunani dan Romawi dapat membuat para pemikir dipengaruhi oleh para filsuf besar seperti Plato dan Aristoteles.
Selama berabad-abad, berbagai teori telah diajukan tentang peran yang kurang lebih penting yang dimainkan filsafat dalam memahami konsep teologis. Ada yang mengatakan keduanya harus benar-benar terpisah karena tidak ada hubungan di antara keduanya.
Dengan asumsibahwa logika dan filsafat diperlukan bagi manusia untuk memahami sepenuhnya wahyu ilahi. Adapun beberapa pendapat yang muncul diantaranya kalah mereka yang mengambil posisi moderat, mereka mengakui bahwa filsafat adalah alat yang baik, tetapi tidak boleh diandalkan secara eksklusif.
Bahkan para teolog ingin mencari cara untuk menjelaskan dan mempertahankan keyakinan mereka dan menemukan bahwa metode filosofis dapat digunakan untuk mempertahankan wahyu ilahi menggunakan filsafat untuk menganalisis dan menjelaskan teologi bukannya tanpa contoh atau preseden.
Semisalnya Thomas Aquinas, Agustinus, dan teolog lainnya menggunakan gagasan dari Aristoteles dan Socrates dalam tulisan mereka untuk menguji dan memahami konsep yang disajikan dalam Alkitab. Banyak pembela modern juga menggunakan argumen filosofis. Misalnya, argumen teleologis dan ontologis tentang keberadaan Tuhan adalah bagian dari teologi filosofis.
Pada akhirnya teologi filosofis di pahami sebagai alat yang dapat digunakan untuk kebaikan atau keburukan. Karena filsafat itu sendiri bukanlah kebenaran, melainkan pelayan kebenaran. Dengan kata lain, filsafat teologi bisa menjadi alat yang membuat kebenaran lebih mudah dipahami.
Filsafat Teologi Era modern
Pada dasarnya, perkembangan filsafat Teologi di era modern, sejalan dengan era pencerahan atau Aufklarung di Eropa abad ke-18. Acara ini menyaksikan perubahan besar dalam budaya Eropa. Di Eropa, ada kepercayaan yang tumbuh pada akal dan akal. Akal dipandang sebagai cahaya penuntun manusia. Semua tradisi di semua bidang kehidupan, termasuk politik dan sains, diperiksa secara kritis terhadap akal. Pencerahan ini memengaruhi gereja selain politik, sains, dan pendidikan.
Semua klaim atas kekuasaan diteliti dan ditinjau kembali dengan alasan. Apa yang sebelumnya diterima sebagai hukum ilahi mulai dipertanyakan. Semakin banyak bidang kehidupan yang tidak lagi dikontrol oleh gereja atau diatur oleh ajaran agama yang berubah mengikuti proses sekularisasi. Teologi juga dipengaruhi oleh paradigma ini.
Situasi ini menarik untuk dipahami dan ditempatkan filsafat teologis di era modern dalam konteks pembangunan manusia.
Situasi ini menarik bagi penulis untuk mengkajinya. Menurut saya perubahan pemikiran teologi Kristen di Eropa modern terkait erat dengan perkembangan filsafat, sains, teknologi, masyarakat, politik, dan sekolah seni dan budaya Eropa modern.
Seperti yang terungkapkan dalam pemikiran Teologi Friederich Schliermacher, Adolf von Harnack dan Rudolf Bultmann merupakan karakteristik liberalisme. Mereka berusaha untuk menafsirkan Alkitab dari perspektif filsafat modern, teknologi, masyarakat, politik, seni dan budaya.
Demikianlah uraian tentang keberadaan filsafat Teologi dan perkembangan dari abad klasik Yunani, Pertengahan (Timur dan Eropa) dan Modern (masa kini) .
Editor: Awi Sila
0 Response to "Sejarah Filsafat Teologi"
Post a Comment