Apa yang dimaksud Filsafat Humanisme
Sejarah singkat
Filsafat humanisme atau filsafat kemanusiaan dikembangkan oleh seorang filsuf bernama Francesco Petrarca (1304-1374), atau lebih dikenal dengan Petrarch, yang lahir pada tanggal 20 Juli 1304 di Arezzo, Italia. Lahir dari ayah Ser Petracco dan ibu Eletta Canigian. Petrarch adalah seorang sarjana, penulis, dan penyair Italia. Dia juga salah satu humanis pertama.
Selain menulis puisi, Petraka menulis berbagai ulasan dan komentar tentang budaya, sastra, dan pemikiran dari zaman Yunani hingga Romawi. Dari sana ia dijuluki Bapak Humanisme.
Namun jauh sebelum itu, sekiranya fondasi awalnya di mulai sejak zaman Yunani kuno, dimana pandangan humanisme dipisahkan dari pertimbangan alamiah manusia, dan pandangan humanisme pada Abad Pertengahan dipisahkan dari keyakinan dasar bahwa manusia adalah makhluk hidup, makhluk alam dan supranatural. Manusia tidak lagi dipandang sebagai pencipta dunianya sendiri (Faber Mundi), tetapi sebagai makhluk ilahi atau citra Tuhan.
Artinya, saat itu tujuan mencari hakikat kehidupan berkembang menjadi gagasan menemukan hakikat ilmu (sains) dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan besar (aporia) yang belum terjawab.
Perkembangan dan pemahaman
humanisme
Dalam perkembangannya, humanisme muncul pada masa "kelahiran kembali" Renaisans, dan memiliki hubungan erat dengan masa Yunani kuno. Dua pembahasan utama yang menarik perhatian humanisme dalam peradaban Yunani kuno adalah perkembangan pemikiran filosofis dari pertanyaan kosmologis (alam) ke pertimbangan dan diskusi antropologis (manusia), pemikiran tentang keberadaan dalam bentuk kemampuan penalaran.
Humanisme sepanjang sejarah intelektualnya telah menekankan persoalan kemanusiaan yang sering digunakan dalam bidang kajian filsafat. Jadi, humanisme dapat dimaknai sebagai cara manusia memahami keberadaannya dalam kaitannya dengan kehidupan, dan pemahaman tentang nilai-nilai kemanusiaan bahkan nilai-nilai religius-spiritual.
Selain itu, humanisme juga merupakan gerakan reaksioner di Eropa melawan belenggu institusi keagamaan saat itu. Di mana di waktu luang dan kemampuan merasionalisasi sesuatu dalam kegelapan. Karena kecenderungan ajaran teologi yang mengakar dan kekuasaan mutlak lembaga keagamaan pada masa itu.
Kemudian, humanisme adalah paham filosofis yang menekankan pada nilai dan status manusia, dan menggunakan manusia sebagai standar untuk mengukur segala sesuatu. Dengan kata lain, dapat dikatakan memiliki objek utama, hakekat manusia dengan keterbatasan dan kecenderungan kodratinya.
Alasan di balik penghargaan tinggi humanisme terhadap nilai-nilai dan martabat manusia adalah karena menempatkan manusia di garis depan, sebagai entitas yang tidak memihak dan signifikan dalam pemikiran teoretis-filosofis dan kehidupan praktis sehari-hari.
Istilah "humanis" mengacu pada seseorang yang menjunjung tinggi gagasan bahwa manusia adalah yang terpenting. Ideologi ini memperjuangkan penggunaan pengalaman dan akal sebagai alat yang paling efektif untuk memahami dunia.
Bagi para pendukung humanisme, mengakui prioritas nilai-nilai kemanusiaan sangat penting untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang dunia yang kita huni. Pemikiran filosofis ini mengharuskan kita menempatkan nilai dan perspektif manusia di garis depan interpretasi kita atas peristiwa dan tindakan.
Sebaliknya, humanisme mengembangkan seperangkat prinsip yang mengutamakan individu. Salah satu pendukung utama prinsip ini, Carl Rogers, menekankan bahwa pembelajaran humanistik harus mencakup berbagai elemen. Ini termasuk dorongan untuk memperoleh pengetahuan dan mengejar pembelajaran yang signifikan dan terarah.
Penelitian Irham dan Wiyani menyoroti pentingnya motivasi diri, pendidikan non-koersif yang mendorong pembelajaran bermakna dan pertumbuhan pribadi.
Humanisme: Nilai Inti dan Tujuan Pembelajaran
Ketika berbicara tentang keyakinan humanis, prinsip-prinsip yang berada di bawah payungnya meliputi kebebasan, keamanan, kreativitas, pemenuhan diri, kerja sama, kepercayaan diri, etika dan moralitas, kebenaran, disiplin diri, dan akuntabilitas baik di masa sekarang maupun di akhirat.
Tujuan humanisme berbeda dari teori-teori yang mapan. Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apa pun bisa efektif selama diarahkan untuk memanusiakan manusia. Ini memerlukan memfasilitasi pemahaman diri yang optimal, realisasi diri, dan aktualisasi diri pada individu. (Assegaf, 2011)
Untuk memperjelas, dampak penilaian terhadap kemenangan atau pengaruh humanisme dapat diringkas sebagai berikut, yang pertama Munculnya kebebasan berbicara dalam bidang artistik. Kedua, Timbul gerakan Reformasi di Gereja, ketiga, Sekularisme atau ateisme dapat berekspresi, keempat, berkembangnya Rasionalisme, kelima, kedudukan Individualisme lebih di pahami.
Demikianlah bagaimana humanisme dijelaskan, walaupun tidak mungkin menemukan kata sempurna didalamnya, namun sekiranya dapat menggambarkan secara sederhana bagaimana humanisme itu lahir dan apa yang mendorong kelahirannya.
0 Response to "Apa yang dimaksud Filsafat Humanisme"
Post a Comment