Pemikiran dan Pendapat Filsuf Parmenides
Parmenides adalah filsuf yang mendirikan sekolah di koloni Phocaean Elea di wilayah Italia selatan dan sekaligus merupakan seorang filsuf beraliran atau bermazhab Elea. Dalam mazhab Elea, Parmenides adalah anggota yang paling terkenal dan penting. Karena dinilai mengungguli para filsuf lain yang adalah murid-muridnya seperti Zeno dan Melisus. Karena itu, ia dianggap sebagai pendiri sekolah Elea.
Dalam filsafat, aliran Elea sendiri dikenali sebagai salah satu aliran pemikiran pra-Sokrates yang berkembang pada abad ke-5 SM di koloni Yunani Luno Elea, sekarang menjadi bagian dari Campania, Italia.
Parmenides pun lahir di kota Elea di Italia selatan pada 540 SM. Ia menjadi salah satu tokoh kunci dalam kosmologi Yunani, dan gagasannya sangat berpengaruh dalam bidang metafisika dan epistemologi.
Khususnya, filosofi tentang (ada) yang dengan langsung bertentangan dari pemikiran Heraclitus, dimana Parmenides percaya bahwa tidak ada yang (ada) yang akan berubah. Sedangkan Heraclitus memiliki konsep bahwa realita akan terus mengalir. Sebab menurut Heraclitus, tidak ada sesuatu pun di alam semesta yang permanen atau abadi. Tidak ada yang benar-benar ada, semuanya sedang dalam proses pembentukan.
Terlebihnya Parmanides menganggap, realitas adalah satu kesatuan yang utuh, tidak bergerak dan tidak berubah. Ini berarti bahwa konsep yang ada dirancang untuk menekankan:
1. Mustahil untuk percaya bahwa yang tidak ada itu ada.
2. Tidak ada, karena sudah ada, jadi yang tidak ada pasti tidak ada.
3. Keberadaan dan ketidakberadaan adalah tidak mungkin karena Tuhan tidak dapat ada dan tidak ada pada waktu yang bersamaan.
Selain itu, filsafat Parmenides memiliki pendekatan yang agak rasional, yang menjadikannya salah satu filsuf pertama yang mendekati pemikiran rasional. Salah satu pilar utama pemikiran Parmenides adalah keberadaan nyata hanya dapat dirasakan melalui akal dan bukan melalui indera. Dengan kata lain, hanya pengetahuan sejati yang dapat diperoleh secara efektif dan jujur melalui akal dan bukan melalui perasaan.
Menurut Parmenides, ada dua cara untuk memperoleh pengetahuan. Yang pertama adalah jalan kebenaran yang disebut (aletheia) dan yang kedua adalah jalan pendapat atau disebut (doxa).
Serangkaian ide yang banyak itu kini dapat diringkas menjadi tiga tema besar berikut:
1. Tentang realita (ada)
Tidak ada sesuatu yang muncul dari ketiadaan. Dengan pendapat itu, Parmenides mengembangkan gagasan bahwa segala sesuatu yang ada pasti selalu ada.
Kemudian dia mengembangkan idenya lebih jauh, baginya tidak ada yang berubah yang benar-benar nyata, tidak ada yang bisa berbeda dari sebelumnya.
Meskipun dia sadar bahwa alam selalu berubah, baginya inderalah yang merasakan bahwa segala sesuatu terus berubah, tetapi pikiran tidak dapat melihat perubahan aktual ini. Jadi sepertinya dia mengandalkan akal untuk merasakan kebenaran.
2. Kritik terhadap Mitologi
Yunani Kuno
Parmenides mengkritik mitologi Yunani kuno karena menjelaskan bagaimana alam semesta terbentuk. Baginya, interpretasi yang diberikan oleh mitologi Yunani kuno terjebak oleh penampakan indrawi, dan karenanya jauh dari kebenaran yang disebabkan oleh ilusi indrawi. Ia juga mengkritik mitologi Yunani kuno karena menggunakan jalan kepercayaan "doxa", atau opini, sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.
Dia percaya bahwa doxa adalah jalan yang penuh dengan kontradiksi, sehingga mempengaruhi pengetahuan untuk mempercayai sesuatu yang tidak benar.
Baginya, jalan kebenaran “aletheia”, atau realitas, adalah jalan terbaik yang harus ditempuh manusia dalam memperoleh pengetahuan yang benar tentang eksistensi agar dapat mendekati pengetahuan yang benar-benar nyata dan bukan ilusi.
3. Tentang Metafisika dan
Teologi (Monisme)
Parmenides menyarankan agar kita mengikuti ke mana akal membawa kita, bahkan jika kita mendapatkan kebalikan dari apa yang biasa kita lakukan. Parmenides menyimpulkan bahwa semua realitas akan tampak sangat berbeda bagi kita.
Ia mengacu pada keberadaan secara umum, dan kemudian menawarkan wawasan uniknya sendiri ke dalam kosmologi dan metafisika, bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini pada hakikatnya adalah satu.
Dalam pandangannya, dunia seolah tidak monolitik, yang disebabkan manusia terlalu mengandalkan indra sebagai dalih, padahal semua itu hanya ilusi. Sebab menurutnya
Keanekaragaman yang dilihat manusia sesungguhnya hanyalah ilusi, karena sesungguhnya hanya ada satu dari segala sesuatu.
0 Response to "Pemikiran dan Pendapat Filsuf Parmenides"
Post a Comment