Himpunan Pemikiran Filsafat Ibnu Rusyd
Binorasi Singkat Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd adalah seorang sarjana, filsuf dan pemikir dari Andalusia yang memberikan kontribusi dalam filsafat, teologi Islam, astronomi, kedokteran, linguistik, fisika dan fikih "hukum Islam". Dikenal di dunia Eropa sebagai Averroes, filosof yang bernama lengkap Abu Walid Muhammad ibn Ahmed ibn Rusyd ini lahir di Cordoba pada tahun 1126 M, Ia meninggal di Maroko pada tahun 1198 M.
Sebagai seorang ulama, Ibnu Rusyd dikenal sebagai sosok yang aktif di kalangan filsafat untuk menafsirkan dan meringkas pemikiran Aristoteles sekaligus menerjemahkan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab, yang membuatnya mendapatkan reputasi besar di dunia Barat.
Pada tahun 1169, Ibnu Rusyd mulai mengembangkan ide-idenya dan dipercaya oleh penguasa Andalusia (Abu Yaqub Yusuf) dan memintanya untuk mengabdikan dirinya sebagai gubernur Sevila dan Córdoba sekaligus Hakim Córdoba. Berlanjut di 1182, Ibnu Rusyd diangkat menjadi tabib istana dan dokter kepala Kordoba.
Dalam catatan sejarah, Ibnu Rusyd diakui memiliki pengaruh yang lebih besar di dunia Barat daripada di dunia Islam selama hidupnya, karena ia banyak menulis berbagai interpretasi tulisan-tulisan Aristoteles, dan manfaat dari tulisan-tulisannya itulah yang kembali memicu para pemikir Eropa untuk meninjau kembali setelah terbengkalai.
Artinya memerlukan waktu yang lama untuk para pemikir barat yang di bawah pengaruh karya kritis Ibn Rusyd menerjemahkan karya mereka ke dalam bahasa Ibrani, Latin dan menyebarkannya ke seluruh Eropa.
Pengertian, Pendapat Filsafat
Ibnu Rusyd
Menurut Ibnu Rusyd, filsafat adalah ilmu yang mempelajari segala yang ada (maujudat) dan merenungkan bukti-bukti adanya Tuhan sebagai Pencipta. Ibnu Rusyd menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ada sebagai ciptaan menunjukkan adanya Sang Pencipta. Untuk memahami Sang Pencipta, seseorang harus memahami ciptaan-Nya atau Sunatura.
Dan dalam hubungan filsafat dan agama, Ibnu Rusyd sangat yakin bahwa filsafat dan agama saling berkaitan. Dimana Filsafat sendiri berusaha mengungkapkan kebenaran, demikian pula agama, yakni berusaha mengungkapkan kebenaran sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan atau dihubungkan.
Dimana ia berpendapat bahwa dimensi rasional ada dalam agama dan filsafat. Alasan filosofis didasarkan pada keteraturan dan stabilitas alam, dan juga pada prinsip sebab akibat. Pada saat yang sama, rasionalitas keagamaan juga dilandasi oleh maksud dan tujuan yang digariskan oleh para perumus syariat dan pada akhirnya bermuara pada upaya membimbing manusia menuju nilai-nilai kebajikan atau al-fadlilah.
Konsep Ibnu Rusyd tentang
Hukum Islam
Pada dasarnya, Ibnu Rusyd tidak berbeda dengan ulama-ulama Syariat sebelumnya dalam hubungan antara hukum Islam dan kepentingan. Yang membedakan Ibnu Rusyd dengan yang lain adalah penekanannya. Jika para ahli hukum lebih menekankan pada kepentingan dan kemaslahatan, maka Ibnu Rusyd lebih menekankan pandangannya tentang akhlak.
Ibnu Rusyd sangat yakin bahwa hukum Islam lahir untuk memperbaiki akhlak manusia. Melalui Bidayatul Mujtahid, Ibnu Rusyd berusaha menegakkan hukum Syariah atas dasar moral (akhlak) yang sesuai dengan tujuan hukum Syariah.
Pendapat Ibnu Rusyd tentang Makna mempelajari Ilmu Kedokteran (Anatomi)
Ibnu Rusyd menyatakan bahwa mereka yang mempelajari anatomi akan meningkatkan keimanannya kepada Allah SWT dan Allah Yang Maha Esa. Kalimat ini berangkat dari desakannya pada teks-teks agama, dan penajaman pikirannya. Ini membuktikan bagaimana dia mengenal Tuhan. Dalam banyak tulisannya di bidang filsafat dan kedokteran, kita bisa melihat ketaatan dan pemahamannya yang mendalam terhadap Al-Qur'an dan Hadits.
Pendapat Ibnu Rusyd terkait
Kausalitas dan Mukjizat
Berangkat dari aliran rasionalitas, Ibnu Rusyd menyelesaikan soal keimanan (akidah) dengan rasionalitas pula. terlihat dalam pandangannya tentang persoalan kausalitas dalam Islam. Mereka para ahli Kalam membela keajaiban para rasul, tanpa mereka sadari mereka telah terbawa pada kondisi untuk menyangkal kausalitas di alam semesta. Padahal menurut Ibnu Rusyd, tidak ada hukum tetap di alam semesta, semuanya hanyalah kebiasaan. Semua peristiwa di alam semesta diciptakan dan dikehendaki oleh Tuhan, dan Tuhan dapat melakukan apapun yang Dia inginkan. Dalam hal ini, Ibnu Rusyd mampu menawarkan argumen baru yang sangat berbeda dengan para astrolog.
Argumen ini tidak membuatnya mengingkari adanya keajaiban dalam Islam, apalagi memaksanya untuk mengatakan sesuatu yang irasional, seperti mengingkari kausalitas di alam semesta. Kebenaran para nabi tidak hanya didasarkan pada mukjizat yang dilakukan, tetapi juga pada isi pesan yang disampaikan. Keajaiban hanyalah konfirmasi keaslian tesis. Atas dasar itu, menurut Ibnu Rusyd pengakuan kita terhadap mukjizat tidak mengharuskan kita menolak sesuatu yang terjadi secara berulang-ulang secara kasat mata.
Demikianlah pemikiran dan pendapat seorang Ibnu Rusyd yang dihimpun dalam tulisan sederhana ini. Terkait perdebatan dan kritik terhadap pemikiran Ibnu Rusyd dalam dunia filsafat menurut kami adalah dinamika dalam dunia pemikiran. Maka dari itu tulisan ini mencoba melepaskan diri dari perdebatan itu karena ini hanyalah upaya dalam berbagi ilmu.
0 Response to "Himpunan Pemikiran Filsafat Ibnu Rusyd"
Post a Comment