5 Tokoh Bangsa Indonesia yang Berhaluan Sayap Kiri
Istilah sayap kiri pertama kali muncul dalam konteks Revolusi Perancis, ketika slogan atau semboyan seperti kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan muncul dan menjadi sangat populer serta menjadi daya tarik bagi massa revolusioner. Kaum revolusioner inilah yang bersatu dan melancarkan gerakan terpadu untuk menggulingkan penguasa feodal saat itu.
Dengan kata lain, Politik sayap kiri adalah spektrum politik yang mendukung kesetaraan sosial dan egalitarianisme, seringkali bertentangan dengan hierarki sosial sayap kanan. Politik sayap kiri sering kali melibatkan kepedulian terhadap mereka yang dianggap kurang diuntungkan oleh pengikutnya dibandingkan dengan orang lain, dan keyakinan bahwa ada kesenjangan yang tidak dapat dibenarkan yang perlu dikurangi atau dihilangkan.
Nah, secara sederhana, pada dasarnya istilah sayap “kiri” selalu disamakan dengan kaum revolusioner yang berkonflik dengan penguasa maupun penjajah. Berikut 5 founding fathers bangsa Indonesia yang berhaluan kiri:
1. H.O.S Cokroaminoto
Raden Haji Oemar Said Cokroaminoto atau lebih dikenal dengan Cokroaminoto. Ia lahir pada tanggal 16 Agustus 1882 di Ponorogo Jawa Timur dan meninggal pada tanggal 17 Desember 1934 di Yogyakarta.
Cokroaminoto diakui sebagai salah satu pionir pergerakan revolusi bangsa Indonesia dan salah satu guru para pemimpin dan pemikir besar bangsa Indonesia. Misalnya Samaun, Musso, Alimin, Kartosoewirjo, Tan Malaka, dan Soekarno dan lainnya.
Salah satu ideologi yang dijiwai oleh karakter Cokrominoto adalah sosialisme. Dimana ia adalah salah satu tokoh terbentuknya Syarikat Dagang Islam (SDI) yang berafiliasi pada perjuangan bangsa Indonesia.
Pemikiran sosialisnya terlihat dari bukunya yang berjudul “Islam and Socialism 1924. Cokroaminoto pernah berkata: “Umat Islam beruntung dan harus berterima kasih kepada Marx dan Engels karena mereka menjadikan Sosialisme menjadi lebih jelas di bawah kesatuan Islam".
Dari semua diatas, Cokroaminoto merupakan tokoh Indonesia yang berpandangan sayap kiri, terbukti dari juga pada pernyataan Buya Hamka saat menyelesaikan kursus Cokroaminoto pada tahun 1920. Yang berbunyi "Cokroaminoto tidak pernah mengkritik gagasan Karl Marx dan Friedrich Engels".
2. Tan Malaka (1897-1949 M)
Tan Malaka adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan pahlawan nasional Indonesia yang meninggalkan kampung halamannya untuk belajar di Belanda ketika ia masih muda. Selama belajar di Belanda, pemahamannya tentang revolusi mulai muncul dan berkembang setelah membaca buku The French Revolution karya Ian Davidson.
Setelah Revolusi Rusia tahun 1917, Tan Malaka mulai menunjukkan minat yang lebih besar untuk mempelajari sosialisme dan komunisme. Ditambah lagi pertemuannya pada tahun 1914 dengan Henk Sneevliet, pendiri ISDV (Indian Social Democrat Institute). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Partai Komunis Indonesia.
Lebih lanjut, Tan Malaka memberikan gambaran matang mengenai perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam bukunya yang berjudul Materialisme Dialektika dan Logika (Madilog) terbitan 1943. dan buku Ekonomi Politik Gerilya (Gerpolek) terbit tahun 1948, dan Naar de Republiek Indonesia terbit tahun 1925.
3. Ir. Soekarno
Ir. Soekarno adalah presiden pertama Republik Indonesia dan tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Soekarno lahir di desa Peneleh, Surabaya, Jawa Timur, pada tanggal 6 Juni 1901, dan meninggal di Jakarta pada tanggal 12 Juni 1970.
Pemahamannya tentang sosialisme tumbuh sejak ia masih tinggal di asrama saat bersekolah di keluarga Cokroaminoto. Dibawah bimbingan Cokroaminoto ia menemukan pemikiran pergerakan yang semakin membara hingga ia beranjak dewasa, dimana semuanya berpuncak pada pengabdian Soekarno terjun pada dunia pergerakan dan politik hingga mengantarkannya sebagai Proklamator Kemerdekaan dan Presiden pertama Republik Indonesia.
Semangat revolusionernya pun terlihat saat, Soekarno kemudian bergabung dengan kelompok riset yang menerbitkan majalah Indonesia Muda. Pada tahun 1926, Soekarno ikut menuliskan pemikirannya dalam artikel berjudul “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme”. inilah yang kemudian menjadi cikal bakal munculnya Nasakom pada awal tahun 1960an.
Lebih tepatnya, ketertarikan Soekarno terhadap gerakan sayap kiri dapat dilihat dalam buku otobiografinya yang berjudul, (Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat1966), di mana ia menulis: “Ketika muda mudi lainnya menemukan kekasihnya satu sama lain, aku mendekam Das Kapital".
Soekarno pun pernah menyatakan dirinya sebagai tokoh kiri secara langsung sebagai berikut: “Singkatnya, jika saudara mengklaim atau menamakan dirimu anak Bung Karno, saya tidak ingin memiliki anak yang tidak kiri. Ya, saya tidak mau punya anak yang tidak kiri.
4. Sutan Syahrir (1909-1966 M)
Sutan Syahrir adalah seorang intelektual, pionir kemerdekaan dan revolusioner kemerdekaan Indonesia yang lahir pada tanggal 5 Maret 1909 di Padang Panjang, Sumatera Barat dan meninggal pada tanggal 9 April 1966 di Zurich, Swiss.
Syahrir kuliah di Fakultas Hukum Universitas Amsterdam. Saat belajar di Universitas Kota Amsterdam. Ia Syahrir mempelajari lebih lanjut teori sosialis secara keseluruhan dan mulai menjalin hubungan baik dengan Solomon Tas, pemimpin Klub Mahasiswa Sosial Demokrat.
Syahrir adalah seorang sayap kiri, dimana ia mendirikan Partai Sosialis Indonesia sebagai alternatif partai lain yang berkembang dari komunisme. Meski Partai Sosialis Indonesia merupakan partai berhaluan kiri, Shahrir menolak menerima sistem negara Soviet. Baginya, “sosialisme melestarikan kemanusiaan dengan mengakui dan menghormati kesetaraan manusia.”
Pemikiran-pemikiran hebat Syahrir dikumpulkan dalam bukunya yang berjudul Perjuangan Kita 1945. Ini adalah kumpulan pamflet yang berisi makalah dan peta isu-isu revolusioner di Indonesia. Ia juga memiliki analisis ekonomi dan politik dunia setelah Perang Dunia II.
5. Amir Sjarifuddin (1907-1948 M)
Amir Sjarifuddin Harahap atau lebih dikenal dengan Amir Sjarifuddin, politikus, sosialis, dan pemimpin awal Republik Indonesia. Amir Syahrifudin lahir di Medan pada tanggal 27 April 1907 dan meninggal di Solo pada tanggal 19 Desember 1948.
Amir Sjarifuddin pernah menjabat sebagai Perdana Menteri selama Revolusi Indonesia dan merupakan pemimpin sayap kiri terkenal selama revolusi yang berpartisipasi dalam gerakan bawah tanah untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.
Pada tahun 1931, di tengah kesibukannya sebagai penulis dan editor surat kabar dan majalah, Amir Sjarifuddin menjadi salah satu tokoh yang terlibat dalam berdirinya Partai Indonesia (Partindo). Antara lain Amir Sjarifuddin yang mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia atau Gerindo.
Meski dikenal sebagai salah satu pilar pendiri bangsa bersama Sukarno, Hatta, dan Shahril, nama Amir Sjarifuddin sepertinya masih banyak diabaikan dan dilupakan dalam buku sejarah Indonesia.
Disclaimer
Kiri yang dimaksud diatas bukan pada ciri komunisme atau partai komunis maupun negara komunis yang kita pahami saat ini, hal ini lebih kepada pergerakan dan perjuangan atas kepentingan bangsa maupun negara dalam konteks pemikiran. Itu aja
Demikianlah penjelasan singkat mengenai tokoh bangsa Indonesia yang berhaluan sayap kiri. Sampai jumpa di lain kesempatan lainnya
0 Response to "5 Tokoh Bangsa Indonesia yang Berhaluan Sayap Kiri"
Post a Comment