Mengenal Para Pelopor Kajian Filsafat Indonesia
FILSAFAT adalah induk dari segala ilmu pengetahuan karena mencari dan mampu menjawab pertanyaan tentang sesuatu atau segala sesuatu, baik yang berkaitan dengan alam semesta maupun dengan manusia. Terlebih filsafat memiliki jangkauan kajian dan jangkauan wilayah hingga ke Indonesia tepatnya nusantara kala itu.
Dimana tradisi filsafat di Indonesia telah ada sejak ribuan abad yang lalu, diketahui bahwa Mpu Prapanca merupakan tokoh pada masa kerajaan dan dianggap sebagai orang yang aktif mengamalkan tradisi filsafat pada masa kerajaan-kerajaan terdahulu. Sayangnya tradisi filsafat pada masa itu belum resmi menjadi penelitian akademis karena keterbatasan zaman dan sistem pendidikan.
Memasuki masa perjuangan kemerdekaan dan kembalinya kedaulatan berupa kemerdekaan, mulai bermunculan pemikir-pemikir yang fokus membahas filsafat, khususnya filsafat Indonesia. Pelopor kajian filsafat di Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Jakob Sumardjo (1939-sekarang)
1. Prof. Drs. Jakob Sumardjo atau Jacob Sumardjo lahir di Klaten, 26 Agustus 1939. Jakob Sumardjo merupakan salah satu pengajar mata kuliah Filsafat Seni, Antropologi Seni, Sosiologi Seni, dan Sejarah Teater di Akademi Seni Rupa Daerah Bandung. Institut Teknologi (ITB). Sejak tahun 1962.
Saat ini beliau menjabat sebagai guru besar di Institut Seni dan Budaya Indonesia dan masih aktif mengajar pada program pascasarjana di Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI Bandung). dan aktif mengajar di Telkom University (Tek-U).
Dalam catatan pengetahuan, Jakob Sumardjo merupakan salah satu pionir kajian filsafat di Indonesia dan pemerhati sastra. Ia memulai karirnya di bidang filsafat intelektual sambil aktif menulis kolom untuk Kompas. Seperti Pikiran Rakyat, Suara Pembaruan, Suara Karya dan sejak tahun 1969 juga untuk majalah Prisma, Horison dan Basis.
Dengan pemahaman hermeneutik yang dimilikinya, ia berhasil menelusuri wilayah makna dari budaya material seperti lukisan, alat musik, dan tari hingga budaya intelektual seperti ini. Cerita, cerita rakyat, pantun, teks lisan dan kuno. Secara filosofis, hal ini merupakan warisan besar bagi bangsa Indonesia.
Pemikirannya mengenai filsafat Indonesia terangkum dalam beberapa buku berjudul Filsafat Indonesia. Menjadi Manusia, 2001. Pencarian Buku Sukma Indonesia: Pengumpulan Data Kesadaran Indonesia dalam Ledakan Disintegrasi Sosial Nasional, terbitan AK Group, 2003. Buku Arkeologi Budaya Indonesia yang diterbitkan oleh Qalam, 2002.
2. Drs. R. Pramono (1952-sekarang)
R. Pramono adalah seorang akademisi kelahiran Indonesia pada tahun 1952. Pramono dianggap sebagai salah satu pelopor filsafat Indonesia. dimana ia memulai perjalanan karir intelektualnya dan menjadi salah satu tokoh pionir filsafat Indonesia. Saat masuk Jurusan Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan menyelesaikan studi sarjananya. Pada tahun 1976, ia sekaligus menyelesaikan program magister universitas.
Setelah itu, Pramono diterima menjadi dosen di Jurusan Filsafat Universitas Gadjah Mada, dan juga menjadi salah satu pionir Jurusan Filsafat UGM Indonesia, bersamaan dengan Soenoto saat itu, dan menjabat sebagai Sekretaris Jurusan. (Sekjur) di Departemen Filsafat UGM Indonesia. Selain mengajar di kampus, ia menjabat sebagai salah satu Penerima Filsafat Pancasila Kementerian Pertahanan dan Keamanan pada tahun 1975 hingga 1979.
Salah satu karya filsafatnya yang paling menonjol adalah buku berjudul “Menjelajahi Unsur Filsafat Indonesia”. Dalam buku tersebut Soenoto menjelaskan perluasan cakupan kajian filsafat Indonesia yang pada awalnya hanya mempelajari tradisi filsafat Jawa. Dengan menambahkan filosofi tradisi Batak, Minan dan Bugis. dan menyampaikan definisi filsafat Indonesia: “gagasan yang tertanam dalam adat dan budaya daerah”.
Dapat dilihat bahwa Filsafat Indonesia mengacu pada semua filsafat yang ada dalam adat istiadat dan budaya berbagai suku bangsa di Indonesia.
R. Pramono menghabiskan karir akademisnya di dunia filsafat dengan menulis dan menerbitkan beberapa karya filsafat berikut ini:
1. Penelitian kepustakaan : Beberapa cabang filsafat dalam “Serat Wedhatama”. Dirilis pada tahun 1982-1983.
2. Penelitian dokumenter: Keseluruhan gambaran manusia dalam “Fiber Veda Tama”. Diterbitkan pada tahun 1983-1984.
3. Menggali unsur filsafat Indonesia. Diterbitkan pada tahun 1985.
3. Soenoto (1929-)
Soenoto adalah anggota Kelompok Keilmuan kedua Filsafat Indonesia. Lahir pada tahun 1929, Soenoto mengenal filsafat saat pertama kali masuk Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, di mana ia berhasil menyelesaikan gelar BA dan MA di bidang Ilmu Sosial dan Politik. dan melanjutkan PhD di bidang Ilmu Sosial dan Politik di Vrije Universiteit Amsterdam di Belanda.
Setelah menyelesaikan berbagai tahapan studinya, Soenoto menduduki berbagai jabatan, seperti menjadi dosen tetap Universitas Gadjah Mada pada tahun 1958. Pada tahun 1967 hingga 1979 menjabat sebagai Ketua Jurusan Filsafat Universitas Gadjah Mada dan menjadi Rekan Pancasila Bidang Filsafat di Universitas Gadjah Mada. Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam). Menjadi Ketua Survei Praktik Pancasila Universitas Gadjah Mada dan Kementerian Dalam Negeri (Depdagri).
Dalam perjalanan akademisnya, Soenoto berhasil melahirkan beberapa karya besar yang berkaitan langsung dengan filsafat Indonesia, yaitu:
1. Menuju Filsafat Indonesia terbit tahun 1987.
2. Refleksi Filsafat Indonesia, terbit tahun 1983.
3. Survei Filsafat Indonesia, terbit tahun 1981.
Dari ketiga karya yang disebutkan di atas, Sunoto dinilai oleh beberapa pemikir lain berhasil menyempurnakan gagasan orisinal yang dipelopori Nasroen dengan menggali lebih dalam tradisi filsafat Jawa serta memberikan perspektif dan penjelasan rinci terhadap tradisi filsafat yang ditemukannya. Meski begitu, beberapa pihak bahkan Soenoto sendiri mengakui penjelasannya masih memiliki kekurangan.
4. M. Nasroen (1907-1968 M)
Prof. Mr. Muhammad Nasroen adalah seorang birokrat, cendikiawan muslim dan dikenal sebagai seorang pelopor Kajian Filsafat Indonesia serta menjadi guru Besar Filsafat Universitas Indonesia. M Nasroen tercata lahir pada tanggal 29 Oktober 1907 di Lubuk Suhuing, Pasaman, Sumatera Barat. dan meninggal pada tanggal 28 September 1968 pada. Usia 69 tahun.
Selain itu, M. Nasroen diketahui pernah menjabat sebagai Residen Sumatera Barat dan Gubernur Sumatera Tengah, dan pernah diangkat menjadi Menteri Kehakiman pada kabinet Sukiman Suwijo pada masa kepresidenan Soekarno-Hatta pada tahun 1951-1952.
Sepanjang karir akademisnya, M Nasroen merupakan sosok yang memiliki minat khusus untuk membahas keberagaman adat istiadat Minangkabau dan permasalahan pemerintahan. Pada saat yang sama, ia menulis beberapa buku yang membahas minatnya, yaitu.
1. Dasar Filsafat Adat Minangkabau
2. Asal Mula Negara
3. Masalah Sekitar otonomi
4. Sendi Negara dan Pelaksanaan Otonomi
5. Daerah Otonomi Tingkat Terbawah
6. Filsafat Indonesia
Dan adapun buku yang menjadikannya salah satu pionir awal kajian filsafat Indonesia adalah buku berjudul, Falsafah Indonesia yang diterbitkan pada tahun 1967 oleh Penerbit Bulan Bintang.
Di dalam bukunya, ia menggunakan filsafat Barat (Yunani kuno) dan filsafat Timur untuk menjelaskan keberadaan filsafat Indonesia hingga ia sampai pada kesimpulan bahwa filsafat Indonesia merupakan filsafat unik yang bukan bersifat Barat maupun Timur.
Dimana Ia mengatakan kesimpulan dari filsafat Indonesia diwujudkan dalam ajaran filsafat Mufakat, Pancasila, Pantun-Pantun, Hukum Adat, Ketuhanan, Gotong Royong dan Kekeluargaan.
Selain itu, buku ini merangsang diskusi dan penelitian berkelanjutan mengenai Filsafat Indonesia. Buku “Filsafat Indonesia” kini dianggap atau tergolong salah satu buku langkah, yang naskah aslinya hanya terdapat di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).
Demikianlah penjelasan tentang 4 pelopor awal kajian Filsafat Indonesia. Silahkan memahami, silahkan membaca semoga mendapatkan manfaatnya.
0 Response to "Mengenal Para Pelopor Kajian Filsafat Indonesia"
Post a Comment