Menelisik Jejak Pikiran Filsuf Hamzah Alfansuri
Pastinya pernah anda bertanya, apakah ada filsuf asal Indonesia, atau adakah orang yang diakui sebagai filsuf di Indonesia, nah berikut dibawah ini adalah penjelasan biografi dan sedikit pemikiran dari seseorang yang diakui sebagai seorang sastrawan, juga seorang filsuf di Nusantara. Ia adalah seorang yang bernama Hamzah Alfansuri.
Hamzah Alfansuri adalah seorang ulama sufi, penulis, dan diakui sebagai filsuf terkemuka di Indonesia. Yang berasal dari Barus, Sumatera Utara. Ia pun dianggap sebagai penulis buku-buku tentang sastra tasawuf di dunia Melayu, saat masa dimana sastra berperan penting dalam perkembangan Islam di masalalu.
A. Teeuw, seorang pakar sastra dan budaya Indonesia asal Belanda, menyebutnya sebagai Seorang Pemula Puisi Indonesia”. Bahkan menurut Naguib, Hamzah AlFansuri adalah Jalaluddin Rumiinya kepulauan Nusantara. Selain itu menurut Naguib, Hamzah Fansuri merupakan pencipta bentuk pantun Melayu pertama. Sedangkan Abdul Hadi W. M. merupakan penerima Penghargaan Sastra ASEAN dari Putra Mahkota Thailand. Menyebut Hamzah AlFansuri sebagai bapak sastra Melayu.
Diketahui bahwa gaya puisi Hamzah AlFansuri terdiri dari 13 hingga 21 bait. Tiap bait terdiri atas empat baris yang bersajak aaaa. Umumnya jumlah kata per baris adalah empat, tetapi ada pengecualian. Puisi Hamza al-Fansuri banyak dipengaruhi oleh puisi Arab dan Persia (seperti Rubaiyat karya Omar Khayyam), namun terdapat juga perbedaan. Skema rima rubaiyat adalah a-a-b-a, sedangkan Hamzah Fansuri menggunakan a-a-a-a.
Oleh karena itu, salah satu pengakuan yang diterimanya sebagai Tokoh Terkemuka dalam perkembangan Sastra Nusantara adalah Penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma yang diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam acara penganugerahan Bintang Mahaputra dan Tanda Jasa pada tahun 2013 Silam.
Namun sayangnya, meski begitu terkenal, tidak ada catatan jelas mengenainya sejarah kelahirannya secara pasti, hanya ada sedikit spekulasi yang menyebutkan bahwa Hamzah Alfansuri lahir dan hidup pada paruh pertama abad ke-17 M, oleh Peneliti Eropa yang bernama Doorenbus, Kraemer dan Winstedt.
Sedangkan Drewes berpendapat bahwa pada abad ke-16 M, karena pada tahun 1590 masyarakat masih mengingatnya Hamzah Alfansuri tetapi sudah sebagai sosok masa lalu dalam dunia sastra Indonesia.
Ketidakjelasanya yakni, makam Hamzah alFansuri masih belum diketahui pasti hingga saat ini karena asal usulnya masih menjadi misteri. Pendapat pertama makamnya terletak di Desa Obo, Kecamatan Rundin, Kota Suburu Salam, Provinsi Aceh Selatan, pendapat lainnya adalah makamnya terletak di Desa Ujung Panku, Kecamatan Pekanbada, Wilayah Aceh.
Satu hal yang diketahui semua orang adalah Syekh Hamzah Fansuri tidak hanya fasih berbahasa Melayu tetapi juga Jawa, Siam, Hindi, Arab, dan Persia sepanjang hidupnya. Abdul Hadi menjelaskan, dua bahasa terakhir ini penting pada abad ke-16, termasuk bahasa tasawuf Islam.
Dalam kehidupan pemikiran tasawufnya, Hamzah Alfansuri dianggap sebagai pengikut ajaran Ibnu al-Arabi yang mengajarkan Lima Martabat juga pengikut mazhab Wahdatul Wujud. Dimana pemikirannya tentang wujud adalah bahwa hanya ada satu wujud yaitu Tuhan, dan banyak wujud yang merupakan manifestasi (tajali) Tuhan di alam. Tuhan mempunyai sifat-sifat dan materi, Tuhan menciptakan alam yang diketahui, Tuhan menciptakan alam dengan ilmu Tuhan (yakni Khadim).
Berangkat daripada itu, Syekh Hamzah AlFansuri meyakini dzat dan hakikat Tuhan itu sama dengan dzat dan hakikat seluruh alam semesta, menurut Rezim Aizid.
Pemikiran Syekh Hamzah al-Fansuri dalam bidang tasawuf dipengaruhi oleh Sadhuriddin al-Qurnawi dan Fakhruddin al-Iraq selain Ibnu Arabi. Maka sebagai pendukung wahdatul wujud, Syekh Hamzah Fansuri mengajarkan bahwa Tuhan lebih dekat dari leher manusia sendiri, Tuhan juga tidak bertempat, sekalipun sering dikatakan bahwa Dia (Tuhan) ada dimana-mana.
Terakhir adapun 0eberapa karya-karya yang pernah ditulis Hamzah Alfansuri antara lain:
1. Asraarul Arifin Fi Bayani Ilmis Suluk Wat-Tauhid. Karya yang membahas permasalahan ilmu Tauhid dan ilmu tarekat.
2. Al Muntahi, kitab yang membahas persoalan atau masalah-masalah tasawuf.
3. Rubah Hamzah Fansuri, buku beberisi syair sufi yang penuh gagasan filosofis.
4. Syaraabul Asyiqin, kitab yang menjelaskan persoalan Thariqat, Syariah, Haqiqat dan Makrifat.
Adapun karya puisi dan prosanya adalah sebagai berikut:
1. Syair Burung Unggas
2. Syair Dagang
3. Syair Perahu
4. Syair Si Burung Pipit
5. Syair Si Burung Pungguk
6. Syair Sidang Fakir
Selanjutnya Prosa
1. Asrar al-'Arifin (Rahasia Orang Bijaksana)
2. Sharab al-Asyikin (Minuman Zikir)
3. Al-Muntahi (Kitab Akhir, Kitab Para Ahli)
0 Response to "Menelisik Jejak Pikiran Filsuf Hamzah Alfansuri"
Post a Comment