Garis-garis Besar Pemikiran Politik Al-Farabi
Binorasi seorang Al-Farabi
Islam merupakan agama universal yang memberikan pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia. Ini termasuk (aspek-aspek tertentu) kehidupan nasional.
Apalagi dalam kehidupan berbangsa, Islam memberikan pedoman yang sangat global, hanya mengajarkan prinsip-prinsipnya saja guna memberikan peluang penafsiran dan pengembangan masyarakat sesuai dengan kebutuhan hidup yang terus berkembang.
Dengan demikian, gagasan memperoleh ruang yang sangat luas dalam bidang kehidupan politik. Di bawah ini penulis akan menguraikan secara garis besar hal tersebut dengan menggali nuansa yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadits.
Oleh karena itu, penjelasan tentang filsafat politik al-Farabi patut mendapat perhatian kita lebih dari satu dekade setelah wafatnya sang filsuf. Mengapa?
Pertama-tama, Al-Farabi adalah seorang filsuf politik Islam yang luar biasa. Ternyata para filosof Muslim di kemudian hari belajar banyak dari perkembangan pemikiran al-Farabi. Seperti yang diakui oleh para filsuf kemudian. Ibnu Sina, Ruqi, Tusi dan tokoh Islam lainnya, serta tokoh agama lain seperti Maimonides dan Ibnu Gabirol, semuanya mengakui bahwa kualitas filsafat Farabi, khususnya di bidang politik, sulit ditandingi.
Kedua, banyak peneliti yang mengkaji pemikiran Al-Farabi berpendapat bahwa filsafat Al-Farabi merupakan upaya yang cukup berhasil untuk memasukkan ajaran Islam ke dalam sistem filsafat klasik, meskipun mungkin kontroversial.
Ketiga, dan yang paling penting namun tidak kalah pentingnya, meskipun mencerminkan filosofi politik abad pertengahan Al-Farabi seperti yang diungkapkan oleh Ibrahim Madkur, namun mengandung implikasi modern dan bahkan kontemporer. Al-Farabi berpendapat bahwa di mana letak hubungan politik antar pemerintah, manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kecenderungan alami untuk bersosialisasi karena tidak mungkin memenuhi seluruh kebutuhannya tanpa bantuan dan kerja sama orang lain.
Asal-usul Pemikiran Politik Al-Farabi
Nah, Al-Farabi sendiri adalah orang yang percaya bahwa politik berperan sebagai etika dan keinginan yang berkaitan erat dengan kebahagiaan dan kesejahteraan manusia. Ia percaya bahwa masyarakat muncul dari solidaritas antar individu yang saling membutuhkan. Tidak ada seorang pun yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, baik kebutuhan primer maupun sekunder. Maka dari itu masyarakat membutuhkan sebuah peran lembaga yang lebih besar yang dikenal dengan sebutan negara.
Nah, dari sinilah pemikiran politik Al-Farabi bermula ketika ia membahas tentang asal usul dan munculnya negara atau kota. Secara singkat pemikiran politik Farabi sangat dipengaruhi oleh para filsuf Barat, khususnya Plato dan Aristoteles.
Deskripsi Al-Farabi tentang negara-negara utama identik dengan konsep Plato. Diantaranya, konsep utama negara yang dipaparkan Al-Farabi adalah kebahagiaan dicapai melalui kerja sama antar penduduknya.
Dengan kata lain, negara utama merupakan negara yang mempunyai kesadaran kemanusiaan universal, tidak terbatas pada suku dan etnik tertentu, serta hanya taat kepada Allah SWT dan tidak menaati pada orang lain.
Selain itu, negara utama harus dipimpin oleh orang-orang yang memiliki integritas moral dan kecerdasan. Karena tugas pemimpin adalah membimbing dan memimpin orang-orang yang dipimpinnya, maka pemimpin memegang peranan yang sangat penting dalam memimpin masyarakat yang dipimpinnya. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menunaikan segala tugas dan tanggung jawab sebagai pemimpin serta mampu memimpin masyarakat yang dipimpinnya.
0 Response to "Garis-garis Besar Pemikiran Politik Al-Farabi"
Post a Comment