Esensi Nilai dalam Pandangan Filsuf Max Scheler


Max Scheler adalah seorang filsuf Jerman yang berpengaruh dalam bidang fenomenologi, filsafat sosial, dan sosiologi pengetahuan. Ia berperan penting dalam menyebarkan fenomenologi Husserl. Scheler lahir pada tahun 1874 di Munich. Ia belajar di Munich, Berlin, Heidelberg dan Jena. Setelah itu, ia menjadi dosen di Jena dan Munich, di mana ia berkenalan dengan fenomenologi Husserl. Pada tahun 1919, Scheler menjabat sebagai profesor di Cologne. Kemudian dia meninggal di Frankfurt pada tahun 1928.

Diskusi Nilai menurut Max Scheler berasal dari dunia nilai yang keberadaannya pada hakikatnya tidak bergantung pada objek-objek nilai empiris. Begitu pula etika Max Scheler merupakan etika material yang tidak bersifat empiris melainkan apriori. Nilai pada hakikatnya ditemukan oleh manusia sebelum pengalaman indrawinya dan secara apriori ditangkap manusia dari dunia nilai melalui perasaan emosionalnya. Keberadaan nilai dalam dunia nilai tidak bergantung pada objek nilai atau tujuannya. 

Sebab menurut Scheler, nilai adalah suatu kualitas yang tidak bergantung pada pengusungnya, merupakan kualitas yang apriori dan juga tidak bergantung pada reaksi masyarakat terhadap kualitas tersebut. Nilai merupakan kualitas yang mandiri dan tidak berubah seiring dengan perubahan barang. Nilai tersebut tetap tidak berubah oleh perubahan yang terjadi pada objek yang mengandung nilai yang bersangkutan. Sebab, nilai bersifat mutlak, tidak diperlukan suatu tindakan, tidak memandang keberadaan alam, baik secara historis, sosial, biologis, maupun murni individual. Hanya saja pengetahuan manusia tentang nilai bersifat relatif, sedangkan nilai itu sendiri tidaklah relatif.

Keberadaan nilai sama sekali tidak bergantung pada pemahaman subjeknya. Tetap 
ada banyak nilai tak terbatas yang belum dapat dipahami dan dirasakan oleh siapa pun. Keberadaan nilai tidak bergantung pada kemampuan manusia dalam mempersepsi dan merasakannya. Nilai juga tidak bergantung pada realitas kehidupan. 

Hidup adalah fakta yang tidak dengan sendirinya berhubungan dengan nilai. Nilai merupakan sesuatu yang ditambahkan untuk diwujudkan dalam kehidupan. Nilai harus dipahami sebagai sesuatu yang mutlak, tetap, tidak berubah, dan tidak bergantung pada dunia indrawi yang selalu berubah dalam sejarah.

Dalam hal ini Marx Scheler membagi pemikiran atau gagasannya tentang nilai menjadi beberapa bagian sebagai berikut:

1. Nilai dan Benda Berharga

Nilai merupakan suatu kualitas yang dapat diwujudkan pada benda atau benda, namun tidak identik dengan benda itu sendiri. Objek nilai hanyalah pembawa nilai itu sendiri. Barang, barang atau benda baik pada hakikatnya adalah obyek nilai. Objek ini harus dibedakan dengan nilai itu sendiri. Seseorang dapat menangkap nilai tanpa harus mengacu pada pembawanya. Misalnya, nilai “keindahan dan keindahan” dapat ditangkap tanpa harus menganggapnya sebagai milik seseorang atau suatu benda.

Mutu nilai tidak berubah apabila pembawanya diubah dan tidak pula rusak apabila pembawanya dimusnahkan. Makna suatu benda boleh bertambah atau berkurang kadarnya tetapi nilainya tidak berubah. Keberadaan nilai mendahului objek nilai. Nilai yang terkandung dalam suatu benda pembawa nilai menjadikan benda itu berharga, tidak bergantung pada benda pembawa nilai itu, justru kehadiran nilai itulah yang memberi nilai pada benda yang bersangkutan.

Karena nilai hanya bisa nyata pada benda atau benda yang bernilai. Nilai belum menjadi nyata sampai ia belum diwujudkan dalam benda atau objek yang bernilai. Dalam suatu objek nilai, nilai menjadi obyektif dan nyata. Ada perkembangan nilai di dunia nyata dengan terwujudnya nilai-nilai kebaikan, namun kualitas nilai merupakan suatu obyek ideal yang bersifat permanen.

2. Nilai Positif dan Nilai Negatif

Semua nilai ada pada dua kelompok yaitu positif dan negatif. Nilai-nilai positif merupakan sesuatu yang harus ada dan diwujudkan dalam realitas kehidupan. Nilai-nilai negatif merupakan sesuatu yang tidak boleh ada dan tidak dapat diwujudkan dalam realitas kehidupan. Semua nilai ada pada dua kelompok yaitu positif dan negatif. Ada keterkaitan penting antara nilai-nilai ideal dan kewajiban. Semua kewajiban harus mempunyai dasar nilai, yaitu suatu nilai harus ada atau tidak ada. Hubungan antara keberadaan dan kewajiban ideal merupakan kebenaran apriori yang mengatur hubungannya dengan benar dan salah.

Dimana terdapat struktur nilai yang hierarkis. Menurut pengertian yang mutlak, nilai kebaikan adalah nilai yang muncul dalam tindakan mewujudkan nilai tertinggi. Nilai kejahatan adalah nilai yang muncul dalam tindakan mewujudkan nilai yang paling rendah. Nilai-nilai baik adalah nilai-nilai yang melekat pada tindakan mewujudkan nilai-nilai positif yang merupakan tingkat tertinggi dalam sistem nilai. Nilai-nilai jahat adalah nilai-nilai yang melekat pada perbuatan yang mengandung nilai-nilai negatif yang merupakan nilai-nilai yang berada pada tingkat yang lebih rendah atau terendah dalam susunan nilai-nilai.

Perwujudan kewajiban dan nilai ideal ditentukan secara mendasar berdasarkan aksioma bahwa sesuatu yang bernilai positif adalah sesuatu yang harus ada atau harus ada dalam perwujudannya di dunia indrawi. Sesuatu yang bernilai negatif adalah sesuatu yang harus atau harus ada dalam perwujudannya di dunia indrawi. Pada prinsipnya nilai diberikan dalam kaitannya dengan ada dan tidaknya nilai dalam dunia indrawi, sedangkan setiap kewajiban berkaitan dengan ada dan tidaknya nilai.

3. Nilai Pribadi dan Nilai Barang

Nilai pribadi adalah tindakan (action 
pengertian, mencintai, membenci dan menginginkan), keempat pembawa nilai ini mempunyai hubungan yang bersifat hierarkis (bertingkat), yaitu nilai tindakan berada pada posisi tertinggi, disusul nilai fungsi dan nilai tanggapan. fungsi (pendengaran, penglihatan), dan respon atau reaksi (senang terhadap sesuatu). Ada dua jenis nilai yang dimiliki dan melekat pada diri manusia, yaitu nilai pribadi dan nilai keutamaan. Nilai-nilai pribadi berhubungan dengan individu dan tanpa perantara apapun. Hanya orang yang secara moral bisa baik atau jahat. Nilai-nilai pribadi terletak dan membentuk sifat atau hakikat orang yang bersangkutan.

Pembawa nilai yang berupa respons ini juga memuat respons terhadap manusia lain, seperti berbagi perasaan dan membalas dendam.

Selain nilai pribadi, ada juga yang disebut dengan nilai obyek (item value). Nilai barang 
merupakan suatu nilai yang melekat pada realitas yang bersangkutan. Nilai suatu barang menyangkut adanya nilai dalam artian nilai. Hal-hal yang berharga dapat berupa materi (hal-hal yang menyenangkan, hal-hal yang berguna), vital (segala sesuatu yang bersifat ekonomi), dan spiritual (nilai-nilai ilmu pengetahuan dan seni atau budaya).

Semua nilai estetika pada hakikatnya adalah nilai suatu benda atau barang. Nilai estetis realitas estetis hanya ada sebagai penampakan (scein). Nilai estetis ini merupakan nilai suatu benda karena mempunyai kemiripan dengan gambaran intuisi yang ditangkap dan dirasakan langsung dari kenyataan yang bersangkutan.

Dalam pengertian ini, nilai pribadi lebih tinggi dari pada nilai barang karena orang tersebut terletak dan membentuk sifat atau hakikat orang yang bersangkutan.

Orang dan tindakan tidak pernah menjadi objek atau benda karena 
Mengobjektifikasi manusia dengan cara apapun akan menyebabkan manusia sebagai pengemban nilai moral kehilangan makna atau maknanya. Nilai-nilai etika dimiliki oleh orang yang membawa nilai tersebut sebagai sesuatu yang nyata dan mempengaruhi orang yang bersangkutan, bukan sekedar obyek gambaran.

Nilai barang dan nilai pribadi juga berkaitan dengan nilai pengalaman. Nilai keseluruhan 
pengalaman yang diinginkan lebih tinggi dari sekedar nilai yang dialami (seperti perasaan indrawi dan perasaan tubuh). Tingkat nilai pengalaman ini berkaitan dengan tingkat nilai yang dialami.

Nilai pengalaman beragama mempunyai tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pengalaman kesenangan karena nilai ketuhanan seperti yang dialami dalam pengalaman beragama memiliki tingkat yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai materi pemberi kesenangan.

Nah demikianlah, Inti pemikiran filosofis Scheler adalah nilai. Berbeda dengan Mill yang mengatakan bahwa manusia bertindak berdasarkan kepuasan diri, Scheler menyatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang menjadi tujuan manusia. Jika ada orang yang mengejar kesenangan, itu bukan demi merasakan kepuasan, melainkan karena kesenangan dipandang sebagai suatu nilai. Nilai itu tidaklah relatif, melainkan mutlak. Nilai bukanlah gagasan atau cita-cita, melainkan sesuatu yang konkrit, yang hanya dapat dialami dengan jiwa yang bergetar dan emosi.

0 Response to "Esensi Nilai dalam Pandangan Filsuf Max Scheler"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel